Apa yang kamu pikirkan pertama kali saat mendengar soal Vietnam? Kebanyakan pasti Pho, Hanoi, dan murahnya. Ya semuanya itu memang tak salah. Sebenarnya, lebih dari itu, Vietnam banyak punya hidden gem yang patut dikulik lebih lanjut.
Hanoi yang populer dan kerap jadi bahan konten di Instagram kali ini tak jadi tempat plesiran utama melainkan Ho Chi Minh City dan Da Nang.
Perjalanan dari Jakarta dengan tiket tujuan ke Ho Chi Minh City menggunakan pesawat Vietjet Air ditempuh selama 3 jam. Meski tiketnya terbilang murah untuk perjalanan ini yaitu berkisar antara Rp0-900 ribu di hari-hari tertentu, namun dengan fasilitas SkyBoss, perjalanan jadi lebih menyenangkan karena bisa menikmati in flight food sepuasnya dan fasilitas layaknya penumpang kelas bisnis.
Sesampainya di Ho Chi Minh, perjalanan dilanjutkan ke Da Nang selama 1 jam. Meskipun sudah nyaris malam sampai di Da Nang, namun seporsi makan malam tak akan merugikan buat mengenyangkan perut malam itu sebelum tidur pulas di hotel.
Hari kedua di Da Nang dimulai dengan sedikit olahraga sebelum sarapan pagi. Hotel yang ditempati memang berada di tepi pantai, kebetulah hari itu hari Minggu, pantai pun sudah dipenuhi penduduk lokal di pagi hari. Pemandu wisata kami, Chau Quang Huong Duong atau yang disapa Joko mengungkapkan Da Nang memang salah satu lokasi destinasi pantai yang populer di Vietnam. Tak cuma itu, pemerintah kota setempat memang mengubah pantai kota itu yang dulunya kotor menjadi super bersih dengan mengangkut semua sampah di pantai.
Usai sarapan, perjalanan dilanjutkan ke Ba Na Hills. Mungkin destinasi ini belum begitu populer di telinga, tapi kalau menyebut golden hand bridge atau si tangan raksasa. Sejak beberapa tahun lalu, jembatan tangan raksasa ini memang banyak populer dan instagramable.
Hanya saja Golden Hand Bridge adalah salah satu dari sekian banyak atraksi di Ba Na Hills. Di theme park yang luas ini ada desa Eropa kecil yang indah sampai kereta gantung tinggi yang super panjang. Sebelum mencapai ke golden bridge, para pengunjung terlebih dulu harus naik kereta gantung selama setidaknya 30 menit. Di ketinggian itu, udara yang panas di bawah berubah menjadi dingin dengan terpaan angin yang cukup kencang. Bahkan saat antre di golden bridge untuk berfoto, hujan rintik sempat turun.
Usai makan siang di restoran all you can eat di theme park tersebut, pengunjung juga bisa menikmati berbagai atraksi lain seperti roller coaster, indoor theme park, sampai deretan jajanan yang menggoda lidah.
Bahn Mi di kota tua Hoi An
Setelah puas bermain-main di theme park, perjalanan dilanjutkan ke kota tua Hoi An. Kota tua ini berjarak tak jauh dari Da Nang, setidaknya 1 jam perjalanan menggunakan bus. Sayangnya bus tak bisa masuk sampai jauh ke dalam kota tua. Saat di parkiran bus, sebuah mobil wisata tua sudah siap sedia buat mengantar sampai ke dalam kota tua.
Di situ, Joko sempat bercerita soal betapa tersohornya banh mi di situ lantaran jadi salah satu gerai sandwich ala Vietnam yang pernah dicicipi oleh legenda kuliner Anthony Bourdain.
Asal mula Banh mi dimulai pada pertengahan abad 19 saat Vietnam berada di bawah jajahan Perancis. Saat orang Vietnam memakan sarapan roti mereka seperti biasa, dilapisi dengan irisan daging, mentega, keju atau pate, Prancis masuk dengan membawa baguette mereka.
Salah satu jenis banh mi paling terkenal adalah banh mi Phuong di Hoi An Old City. Dalam No Reservations “There’s No Place Like Home” Anthony menggambarkan bagaimana dia berkeliling kota tua Hoi An dan berhenti untuk menikmati seporsi banh mi. Bahkan dia mendeskripsikannya sebagai the best banh mi in town.
Pengunjungnya cukup ramai dan rata-rata mereka mengantre di depan kedai. Joko bilang, kalau ingin antre lebih cepat, pengunjung lebih baik makan di tempat dibanding take away.
Benar saja, saat yang lain masih pada antre di bawah, kami yang duduk di atas sudah menikmati seporsi banh mi dengan tambahan irisan pork,ayam, beef, atau bahkan vegetarian.
Usai puas menikmati banh mi, sedikit jalan kaki diperlukan untuk melonggarkan ikat pinggang. Hoi An yang banyak dipisahkan oleh kanal-kanal yang lebar membuat penduduk lokal membuka banyak bisnis di sana dari jualan lampion, restoran, becak, sampai menyewakan perahu untuk membelah kanal.
Seperti kebanyakan akhir pekan di Jakarta yang selalu ramai, kota tua Hoi An juga ramai malam itu. Gelapnya malam diterangi dengan cahaya lampion yang temaram dan berkelap-kelip.
Lampu-lampu ini membuat suasana kota tua jadi semakin cantik. Pengunjung pun banyak berfoto di sekitar kota tua. Beberapa orang bahkan menjajal untuk naik becak atau mengarungi kanal kecil dengan perahu sewaan. Beberapa lainnya memilih untuk menyalakan lilin sembari menaruh harapan dan doa-doa mereka. Lelah berjalan seharian, kami memutuskan untuk kembali ke hotel di Da Nang.
Namun malam masih belum larut, tak ada salahnya buat sedikit berjalan-jalan di sekitaran hotel. Kata Joko, ada pasar malam yang dekat dari hotel. Sayangnya usai jalan kaki setidaknya 2 km, kami tak kunjung menemukan pasar malam itu dan akhirnya memutuskan kembali ke hotel.
Sumber: www.cnnindonesia.com