Jangan kebanyakan makan gula, katanya bisa jadi hiperaktif. Selain itu, kata orang juga, makan gula bisa bikin ketagihan. Adakah mitos konsumsi gula?
Tak dimungkiri, selama berabad-abad, pemanis kristal ini telah menyerbu makanan ringan, minuman, isi perut, dan pikiran semua orang. Hal ini juga menimbulkan banyak kontroversi.
Banyak kontroversi juga berarti banyak juga mitos yang berkembang. Cek dulu mitos atau fakta gula berikut ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Medical News Today, gula adalah karbohidrat larut – molekul biologis yang terdiri dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat lainnya termasuk pati dan selulosa, yang merupakan komponen struktural dinding sel tumbuhan.
Gula sederhana, atau monosakarida, termasuk glukosa dan fruktosa. Gula pasir merupakan gula majemuk atau disakarida yang dikenal dengan sukrosa, yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Selama pencernaan, tubuh memecah disakarida menjadi monosakarida.
5 Mitos Konsumsi Gula:
1. Bikin ketagihan
Beberapa ahli meyakini gula merupakan zat adiktif. Misalnya, penulis ulasan naratif kontroversial pada tahun 2017 menulis:
“Data pada hewan menunjukkan tumpang tindih yang signifikan antara konsumsi gula tambahan dan efek seperti obat, termasuk makan berlebihan, ketagihan, toleransi, penarikan diri, sensitisasi silang, toleransi silang, ketergantungan silang, serta efek penghargaan dan opioid.”
Hanya saja ada dua tantangan soal ini. Pertama, ulasan masih berfokus pada hewan. Kedua, ada tantangan metodologis dalam menerjemahkan penelitian ini karena manusia jarang mengonsumsi gula secara terpisah.
“Meskipun terjadi pada beberapa orang, perilaku seperti kecanduan terhadap gula dan makanan lain hanya terjadi pada sebagian kecil orang yang mengalami obesitas. Namun, kita harus ingat bahwa gula dapat mendorong konsumsi makanan yang berlebihan dan berpotensi menyebabkan kecanduan,” kata Dominic M. Dwyer dari Fakultas Psikologi Universitas Cardiff.
Sejalan dengan itu, David Nutt, seorang profesor dan Ketua Komite Ilmiah Independen bidang Obat-obatan dan kepala Departemen Neuropsikofarmakologi dan Pencitraan Molekuler di Imperial College London mengungkapkan hal ini adalah mitos.
“Saat ini tidak ada bukti ilmiah bahwa gula bersifat adiktif, meskipun kita tahu bahwa gula memiliki efek psikologis, termasuk menghasilkan kesenangan, dan hal ini hampir pasti dimediasi melalui sistem penghargaan otak.”
Meskipun para ahli kesehatan tidak menggolongkan gula sebagai zat adiktif, hal itu tidak menjadikannya menyehatkan.
2. Gula buat anak jadi hiperaktif
Ini mungkin mitos paling umum yang terkait dengan gula: makan permen menyebabkan anak menjadi hiperaktif. Faktanya, tidak ada bukti ilmiah bahwa gula menyebabkan hiperaktif.
Dalam meta-analisis tahun 1995 di JAMA menggabungkan data dari 23 eksperimen di 16 makalah ilmiah. Mereka menyimpulkan:
“Meta-analisis dari penelitian yang dilaporkan hingga saat ini menemukan bahwa gula (terutama sukrosa) tidak mempengaruhi perilaku atau kinerja kognitif anak-anak.”
Sumber: www.cnnindonesia.com